Agak miris melihat gosip infotainment hari ini. Penghasilan ustadz dan ulama di ungkit-ungkit karena di antaranya mempunyai gaya hidup mewah. Alih-alih karena mereka berdakwah, tentu tidak selayaknya berperikehidupan yang serba mewah. Tapi dengan gaya gosip infotainment, hiperbolisasi pada unsur-unsur yang mengantarkan pemirsa menuju pada satu pemahaman "ustadz bergaya hidup mewah" terlihat sangat tidak fair.
Menurut saya sendiri sih, bergaya hidup mewah dengan indikasi mempunyai banyak mobil dan motor mewah, bisa oleh siapa saja, baik ustadz maupun penyanyi, artis senetron, dll. Bahkan nilai plus-nya, kalau ustadz mempunyai barang-barang mewah tersebut ustadz dapat bersaing di dunia selebritis. Bahkan bisa menjadi satu ikon penting di dunia yang selama ini dimonopoli para artis.
Bila ada cita-cita ingin kaya misalnya, seseorang mungkin sudah tidak lagi hanya berfikir menjadi artis, tapi juga menjadi seorang ustadz. Hmm, menarik bukan? Meski awalnya disugesti oleh kekayaan, tentu karena cita-citanya sebagai ustadz, dia akan berusaha belajar banyak untuk menjadi ustadz, belajar mengaji, belajar ilmu fiqih, belajar bahasa arab, belajar ilmu mantiq, balaghah, dan tentunya ilmu-ilmu akhlaq.
Pada ilmu yang paling akhir saya sebut inilah dapat mengantarkan seseorang dalam memahami kekayaan. Tentu masih lebih baik dapat mengaji, paham ilmu fiqih, dan paham ilmu agama lain plus punya motor gede. Motor gede yang dipakai ustadz masih lebih barokah, karena telah dengan setia mengantarkan sang ustadz menuju ke pengajian-pengajian, daripada motor gede artis yang dipakai mengantarkan artis ke panggung menyanyi. Urusan pamer atau tidak, kembalikan saja kepada hati masing-masing. Dengan kacamata paling sederhana saja, kita sudah dapat menilai lebih baik mana, sama-sama punya motor gede, yang satu ahli menyanyi dengan banyak membuka aurat, yang satu ahli berdakwah menyeru pada hal-hal baik.
So, mohon dengan hormat kepada siapa saja yang memproduksi gosip infotainment, tolong cari angle lain tentang ustadz yang tidak menimbulkan rasa merendahkan mereka. Karena sangat kentara arahan gosip tersebut bahwa masyarakat diajak untuk merendahkan ustadz yang bergaya hidup mewah.
Ya semoga siapa-saja menjadi terketuk hatinya.
Menurut saya sendiri sih, bergaya hidup mewah dengan indikasi mempunyai banyak mobil dan motor mewah, bisa oleh siapa saja, baik ustadz maupun penyanyi, artis senetron, dll. Bahkan nilai plus-nya, kalau ustadz mempunyai barang-barang mewah tersebut ustadz dapat bersaing di dunia selebritis. Bahkan bisa menjadi satu ikon penting di dunia yang selama ini dimonopoli para artis.
Bila ada cita-cita ingin kaya misalnya, seseorang mungkin sudah tidak lagi hanya berfikir menjadi artis, tapi juga menjadi seorang ustadz. Hmm, menarik bukan? Meski awalnya disugesti oleh kekayaan, tentu karena cita-citanya sebagai ustadz, dia akan berusaha belajar banyak untuk menjadi ustadz, belajar mengaji, belajar ilmu fiqih, belajar bahasa arab, belajar ilmu mantiq, balaghah, dan tentunya ilmu-ilmu akhlaq.
Pada ilmu yang paling akhir saya sebut inilah dapat mengantarkan seseorang dalam memahami kekayaan. Tentu masih lebih baik dapat mengaji, paham ilmu fiqih, dan paham ilmu agama lain plus punya motor gede. Motor gede yang dipakai ustadz masih lebih barokah, karena telah dengan setia mengantarkan sang ustadz menuju ke pengajian-pengajian, daripada motor gede artis yang dipakai mengantarkan artis ke panggung menyanyi. Urusan pamer atau tidak, kembalikan saja kepada hati masing-masing. Dengan kacamata paling sederhana saja, kita sudah dapat menilai lebih baik mana, sama-sama punya motor gede, yang satu ahli menyanyi dengan banyak membuka aurat, yang satu ahli berdakwah menyeru pada hal-hal baik.
So, mohon dengan hormat kepada siapa saja yang memproduksi gosip infotainment, tolong cari angle lain tentang ustadz yang tidak menimbulkan rasa merendahkan mereka. Karena sangat kentara arahan gosip tersebut bahwa masyarakat diajak untuk merendahkan ustadz yang bergaya hidup mewah.
Ya semoga siapa-saja menjadi terketuk hatinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan sungkan-sungkan kasih komentar ya ...
Mari kita berdiskusi dan menuangkan ide dengan sopan dan bebas.